Saturday, January 17, 2009

Visi (3) - China Belajar ke Singapore

Visi 3

Ketika Deng Xiaoping baru memerintah China, dia sadar China harus dimodernisir, namun hampir tak seorang pun pemimpin negara itu yang pernah melihat kota modern. Oleh karena itu Deng pergi ke Singapore pada November 1973.

Deng bertemu Lee Kuan Yew, tinggal tiga hari dan melihat kemajuan pembangunan di lapangan. "Perjalanan tersebut telah membuka matanya", kata Lee. Satu titik balik telah terjadi.

Formula Singapore: pemerintahan yang stabil, berpartai tunggal, perencanaan ekonomi yang sungguh-sungguh, pembangunan infrastruktur modern, dan menarik. Kebijakan2 probisnis menjadikan pusat ekspor dan peningkatan kesejahteraan secara cepat. Itu dianggap sesuai untuk diadopsi pada kawasan tertentu China.

Sebagai kelanjutannya, Deng secara bertahap mengirimkan ratusan delegasi. Terdiri dari para walikota, pengurus partai dan lainnya - supaya mereka punya visi dan membayangkan kota modern itu seperti apa.

China, setelah memulai pembangunan sebelumnya dengan reformasi pertanian, lalu masuk ke reformasi industri. Belajar dari Singapore, dia kembangkan "zona-zona ekonomi khusus." Ini adalah kawasan2 terbatas dimana undang-undang China yang tidak probisnis tidak diberlakukan, pajak dibuat rendah, aturan dipermudah bagi industri yang berorientasi ekspor. Tampaknya Deng realistis terhadap kebutuhan industri, juga realistis bahwa merubah aturan untuk seluruh negeri tidaklah mungkin dilakukan dengan cepat.

Zona-zona ekonomi khusus yang awal di Provinsi Fujian, di seberang selat dari Taiwan, dan di Provinsi Guangdong, dekat Hong Kong. Di situlah para kapitalis dari Taiwan dan Hong Kong bertemu dengan buruh China yang berupah rendah.

Dari buruh tani miskin (setengah menganggur) menjadi buruh pabrik tentu menarik. Maka model ini menggoda bagi investor dan bagi buruh, serta pemerintah yang kredibilitasnya diukur dari kemampuan mencarikan pekerjaan. Awalnya hanya investor diaspora China (Hong Kong, Taiwan, Singapore) yang tertarik, keberhasilan mereka menarik juga bagi investor Amerika, Jepang, Korea, Eropa. Berikunya berkembang zona-zona sejenis di provinsi lain.

Untuk mendorong tumbuh kembangnya zona-zona industri tersebut, China menawarkan keringanan pajak dan insentif lainnya, membangun jaringan infrastruktur jalan, listrik, ICT. Pemerintah juga menetapkan promosi jabatan bagi aparat berdasarkan jumlah pekerjaan yang diciptakan.

Yang luar biasa dari proses transformasi dari komunis ke ekonomi pasar ini adalah dilakukan dengan tanpa revolusi yang "merobohkan tembok." melainkan revolusi yang hening, mungkin raungan dibalik dinding kedap suara. Tantangannya meningkatkan kesejahteraan bagi satu milyar orang. Misi mereka jelas: memodernisasi China, dan menyejahterakan semilyar lebih warganya. Lain-lain bisa menyusul, mungkin begitu.

Deng Xiaoping menggunakan teknik perencanaan terpusat lima tahunan (Repelita) sesuai warisan Mao, namun mengombinasikannya dengan pendekatan pembangunan Singapore, mulai dengan komponen2 dasar infrastruktur.
China berencana meningkatkan sumber energinya dua kali lipat hingga th 2020, a.l. dengan membangun pembangkit energi nuklir. [Risfan Munir]

(Sumber: Robyn Meredith,"The Elepant and the Dragon," 2008)

No comments: