Tuesday, January 29, 2008

Agropolitan dan Kota Industri China

Visit Indonesia Year 2008

Bang Aunur. Wah, ber-GongXi Fatchai masih disana? Gimana sih kalau orang China asli memperingati itu? Oleh-oleh sementara ini bagi saya menguatkan kesadaran bahwa antara pembangunan ekonomi (wilayah) dan trend tumbuhnya kota-kota tidak bisa dipisahkan. Sulit bilang perencanaan wilayah/kota itu ilmu spatial/fisik atau ekonomi, atau .....ya pokoknya "wilayah" itulah dengan berbagai dimensinya.

Kalau boleh ambil pelajaran yang lain, pilihan model pengembangan wilayah itu bukanlah doktrin, tetapi pilihan berdasarkan diagnostik, sesuai kondisi potensi, fase pertumbuhan, dan masalah yang dihadapi suatu wilayah (sub-nasional) yang spesifik. Bukan satu model template, all-size, yang diterapkan seragam di seluruh negeri.
Pada masa optimis dulu, di negara kita juga diterapkan konsep transformasi struktural dari "pertanian - ke manufaktur - ke jasa", dalam sekuen Repelita I, II, dan III, sebagaimana modelnya WW Rostow. Hasilnya, swasembada pangan sempat, tapi saat ke industri? We don't know what went wrong? Or we know? Tahu-tahu kota-kota sudah jadi pusat-pusat jasa perdagangan, tapi yang dijual produk import, yang justru memukul industri lokal.

Selamat 'belajar sampai negeri China', ditunggu oleh-oleh lainnya. [Risfan Munir, alumnus S-1, S-2 Perencanaan Wilayah dan Kota, ITB]

No comments: