Tanggal 12 Juli Indonesia memperingati Hari Koperasi ke 62. Hampir tak ada gaung, kecuali iklan kecil yang disponsori oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM RI.
62 tahun yang lalu, atau 2 tahun setelah kita Merdeka. Artinya hampir seusia Republik ini tapi nampaknya kian redup saja.
Kalau saya ditanya mengapa tujuan mulia untuk kesejahteraan wong cilik itu seperti mati angin. Menurut saya itu karena salah ibu asuhnya, yaitu pemerintah yang mengkooptasi lembaga yang seharusnya tumbuh dari bawah itu, menjadi program pemerintah. Ini seperti Pramuka, awalnya adalah "kepanduan" yang didirikan oleh lembaga masyarakat, lalu dikooptasi pemerintah (Orla) sebagai Pramuka, untuk tujuan mobilisasi pemuda. Akibatnya spirit kepanduannya hilang. Inisiatif lokal kalah dengan aturan main Pusat. Begitu pula koperasi, seperti menjadi penerus program pemerintah saja.
Tidak bisa dihindari kalau kisah diatas terjadi di era Orde Lama, Orde Baru, tapi di era demokrasi, otonomi daerah dan partisipasi, mungkin saatnya dilakukan perubahan paradigma.
Saat ini kita banyak mempromosikan "social capital" dalam pengembangan kelompok-kelompok UMKM. Ini akan sejalan, kalau social capital yang tumbuh spontan dari kesamaam nasib dan kepentingan itu dijadikan spirit baru bagi koperasi saat ini.
Telah banyak contoh kasus koperasi UMKM, koperasi komunitas simpan-pinjam yang sukses, itu bisa diangkat sebagai good-practices yang bisa dipertukarkan antar koperasi, antar daerah. [Risfan Munir, ahli pengembangan ekonomi lokal]
HUMAN-CENTERED DESIGN THINKING #1
4 years ago
No comments:
Post a Comment