Mencoba memahami Makassar, akan lebih ringan kalau tanpa beban harus jadi 'counter magnet' atau predikat lainnya. Toh dari jaman sejarah ukuran dan peranannya relatif sudah besar.
Yang jelas hinterland Makassar adalah penghasil komoditas ekspor yang masih handal seperti kakao, kopi, rumput dan lainnya. Mereka adalah masyarakat ekonomi yang justru beruntung saat harga komoditas dunia sedang naik, saat nilai rupiah merosot. Dan, mereka mengapalkan produknya, menginvestasikan dan membelanjakan uangnya di Makassar. Ada juga industri semen tak jauh dari situ.
Jadi perannya sebagai kota pelabuhan utama, pusat jasa, belanja, pendidikan, kesehatan, dst., masih dominan. Besaran angkanya perlu dipelajari. Namun kehadiran kelompok usaha Lippo dan BII yang membangun kawasan komersial dalam skala besar, setidaknya menunjukkan bahwa ada potensi ekonomi disana (lugasnya: ada pasar dan ada uang berputar).
Saya tidak tahu KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang diusulkan Sulsel adalah Makassar atau Pare-pare. Tapi kalau itu Makassar, maka peluangnya untuk menjadi pelabuhan utama akan makin besar. Karena investor akan memdapatkan berbagai kemudahan. Tinggal bagaimana Makassar dan Sulsel memanfaatkannya, dan merangkaitkannya dengan kegiatan ekonomi sekitar.
Pada sisi lain, daerah greater Makassar juga sudah banyak mengembangkan inisiatif untuk mendorong ekonomi wilayahnya, misalnya dengan program Gerbang Emas (gerakan bangun ekonomi masyarakat). Suatu gerakan antar Pemda dan masyarakat ekonomi yang didukung BI juga untuk menumbuhkan UMKM. Sektor yang nyatanya paling menyerap tenaga kerja.
Jalan raya berbayar Makassar -Pare-pare akan kian meningkatkan akses ke daerah penghasil komoditas ekspor di atas. Peluang yang layak dikembangkan ialah pengolahan bahan mentah seperti kakao, kopi, kopra, ikan menjadi bahan (setengah) jadi.
Dengan meningkatkan berbagai peluang dalam agro-industri, meningkatkan kualitas sektor jasa, kapasitas infrastruktur dan penataan kota (tata ruang, transportasi) niscaya akan menaikkan daya tariknya bagi wilayah provinsi lain di timur.
Di sektor jasa, selain pusat belanja, bagaimanapun Unhas cukup dihitung sebagai pusat pendidikan tinggi di wilayah timur. Banyak kegiatan pendidikan di Maluku, Papua yang berorientasi ke situ. Termasuk pendidikan kejuruan, perawat, dst. Juga ada LAN, Diklat Wilayah dan sejenisnya, yang melayani provinsi di wilayah timur.
Fasilitas rumah sakit berskala regional juga ada beberapa, seperti Stella Maris, Pelamonia, Akademis, Grestelina, RSU Labuhan Baji, dst. Yang sebagian bisa jadi RS rujukan bagi wilayah lain.
Dari pengamatan umum beberapa kali ke sana, selain transportasi kota, masalah drainase kota tampaknya menonjol, karena topografi relatif datar, kepadatan bangunan tinggi. Juga solusi atas masalah listrik yang langka.
Demikian sumbang saran saya, intinya potensi kota Makassar secara ekonomi tinggi, perlu didukung dengan peningkatan kapasitas prasarana kota, konsesi-konsesi sebagai konsekuensi otonomi daerah dan KEK, serta management perkotaan, dan kerja sama dengan daerah sekitarnya. [Risfan Munir]
HUMAN-CENTERED DESIGN THINKING #1
4 years ago
No comments:
Post a Comment