Apakah pikiran2 besar saat ini memang sudah bukan jamannya lagi. ataukah optimisme orang, termasuk intelektualnya atas kemanjuran ide-ide besar atau ideologi sudah surut? Yang tinggal hanya ideologi kapitalisme yang kian masuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan.Yang disponsori oleh lapisan yang berduit, bermodal, dan dibela, dipertahankan oleh lapisan menengah yang ikut menikmati kenyamanan hidup.
Masalahnya siapa yang membela lapisan bawah, lapisan miskin, lemah, informal di perkotaan dan di daerah perdesaan. Saat ini ketimpangan, gap, kian menganga lebar. Kondisi ekonomi mereka kian hari kian parah. Kebangkrutan usaha lokal, menimbulkan kian meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan, dan berbagai dampak negatifnya.
Sementara itu sistem keuangan lokal, wilayah, nasional semakin didesak untuk terintegrasi (tanpa reserve), menimbulkan arus capital outflow secara kontinyu. Akumulasi modal dari tabungan atau surplus yang kian menipis itu secara kontinyu mengalir ke luar daerah, keluar negeri, dan hanya dapat dimanfaatkan oleh sistem ekonomi (sektor riil) lokal, daerah hanya sedikit.
Namun hanya berapa persen dari intelektual, khususnya yang berkaitan dengan bidang ekonomi yang punya interest kesana? Umumnya orang lebih cenderung pragmatis saja, sambil melempar kesinisan, kepahitan akan apa yang terjadi.
Perhatian orang sekarang lebih banyak ditujukan kepada bidang politik, namun bukan politik untuk mencari alternatif solusi, tetapi sekedar persaingan antar partai, antar calon kepala daerah, presiden.
Massa yang hidupnya kian sulit bukan diajak untuk memperbaiki nasibnya secara praktis, realistis dalam memanfaatkan sumberdaya dan peluang yang tersisa, tetapi malah diajak berilusi bahwa kalau partai, atau tokohnya menang maka segala yang dicitakan akan jadi kenyataan, tanpa diberi tahu konsepnya dalam mengatasi masalah.
Kaum intelek, aktivis LSM, yang katanya peduli, sekarang lebih asyik mengurus politik dari pada perbaikan sistem ekonomi lokal, rakyat.**