Komunitas pembuat perahu ini di KTI, khususnya di Sulawesi sudah menjadi tradisi, sudah punya nama. Jejaring industri ini bisa jadi embrio pembentukan klaster kegiatan ekonomi, yang akan menjadi motor penggerak pengembangan wilayah setempat. Kalau menggunakan pendekatan yang konvensional dari Porter misalnya (Competitive Advantage of the Nation/Region), saya kira syarat-syarat komunitas industri kapal di, misal kawasan "Bulukumba-Makassar-Pinrang" (BMP) sangat potensial. Dalam frame Porter ada:
(1) Firm Structure & Rivalry - ini sudah berkembang, ada yang dari kayu, ada fiber, ada yang besar, kecil, saling kerjasama, saling bersaing;
(2) Demand Condition - sudah berumur ratusan tahun, tentu hidup terus karena ada pasar;
(3) Related Supporting Industries -sudah berkembang, di kawasan tersebut didukung Pemda, Litbang,bahkan dukungan dari luar negeri, dan industri pemasok, asesories, dst;
(4) Factor condition - beda dengn istilah faktor produksi yang statik, ini bisa diciptakan, dan sudah berkembang, walau kendala juga masih banyak. Soal branding sudah melegenda dengan perahu Pinisi.
Peran pemerintah dalam pendekatan Porter sebagai katalis yang menjalin hubungan antar pelaku, penyediaan infrastruktur, dukungan kebijakan, dst. Rasanya kalau digarap lebih serius, fokus, maka klaster industri perahu ini bisa betul-betul jadi andalan kawasan BMP tersebut. Perlu diingat bahwa Kabupaten Jeneponto dan tetangganya termasuk kabupaten miskin karena lahannya kurang subur, sehingga industri perahu yang memang sudah berkembang itu kalau didukung bisa jadi andalan daya saing daerah dan penyerapan lapangan kerja. [Risfan Munir]
Wednesday, January 21, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment