Mambaca FOKUS, Komas 16-4-2010, saya tertarik dengan topik, "Minapolitan: Agar Ambisi Bisa Terwujud." Terutama tantangan - Pemerintah pernah membuat program pengembangan Agropolitan, Kawasan Sentra Produksi, KAPET, dst. Yang tidak berlanjut.
Berbagai prsoalan dikemukakan, seperti: dukungan Daerah, pasokan faktor produksi (benih, bahan bakar, energi), dukungan sisi hilir, pemasaran, dst. Anggaran pemerintah. Koordinasi antar lembaga. Termasuk konsistensi Kementerian Kelautan Perikana sendiri, yang dari menteri ke menteri bisa berubah fokusnya antara Kelautan atau Perikanan. Dari artikel itu jelas yang sekarang bias ke budidaya perikanan (air tawar dan laut).
Supaya tak terjebak terlalu optimis atau sebaliknya. Secara umum, saya coba memahami masa depan dengan pendekatan skenario, ada dua Faktor Penting dan Uncertain (di luar kendali institusi), misalnya: Respons Pelaku Ekonomi dan Dukungan Pemda. Kalau dua faktor ini mendukung, maka sustainability Minapolitan bisa terjamin.
Dengan dua Faktor itu sebagai sumbu vertikal dan horizontal, akan terbentuk empat Kuadran probabilitas.
Kwadran-1: Respons PELAKU Usaha Tinggi; Dukungan PEMDA Tinggi
Kwadran-2: Respons PELAKU Tinggi, PEMDA Rendah
Kwadran-3: Respons PELAKU Rendah, PEMDA Tinggi
Kwadran-4: Respons PELAKU Rendah, PEMDA Rendah.
Kalau yang terjadi Skenario-1 (KW1), respons pelaku usaha bagus, dukungan Pemda kuat. Ini tentu yang diharap. Maka 41 Minapolitan contoh kemungkinan besar sustainabel. Namun ini perlu didukung bukti bahwa bisnis memang berjalan, market dalam dan luar negeri menyerap. Ini upaya-upaya yang relatif bisa dilakukan kalau action plannya matang.
Skenario-2 (KW2), respons pelaku ekonomi baik, tapi Pemda kurang mendukung. Ini bisa rawan, karena dunia usaha tidak akan tumbuh baik kalau kena "ekonomi biaya tinggi", perijinan berbelit, lahan sulit didapat.
Sering Pemda mendukung, tapi hasilnya kebalikan. Misalnya, untuk pembinaan UMKM, yang dilakukan penertiban dan pemberlakuan perizinan usaha yang syaratnya tidak realistis.
Pada Skenario-3 (KW3), Pemda mendukung, tapi pelaku usaha acuh. Program pemerintah bagaimanapun sebatas anggaran, kalau bisnis nelayan tak jalan, supply-chain macet ya habis proyek, habis cerita. Dunia usaha tentu melihat kesuksesan, adanya pasar, pasokan, infrastruktur.
Seingga intinya bagaimana meyakinkan Pemda melalui pendekatan kepemerintahan, insentif, promosi kepada KDH, DPRD, wakil masyarakat. Disamping produk kebijakan formal.
Kepada dunia usaha dan Pemda perlu dibuktikan bahwa bisnis Minapolitan memang jalan. Sistem produksi-pemasaran hulu-hilir bergerak. Untuk itu, perlu fokus agar dengan anggaran (Rp 3.1 + 1.6 trilliun) dana KKP + Rp 1.7 trilliun dari Kem PU, bisa menunjukkan bisnis Minapolitan memang berjalan dan menguntungkan.
Untuk itu mindset Kemeterian ybs juga dituntut untuk berlaku sebagai "pembina usaha", tidak terpecah fokusnya ke banyak hal yang terlalu luas. Ini juga tantangan tersendiri. Tentu banyak tantangan dan action plan lain. Tulisan ini hanya apresiasi dan upaya memahami dari beberapa artikel di Fokusnya Kompas kemarin. Khusunya menyangkut Minapolitan.
[Risfan Munir, urban & regional planner, local economic development specialist]
Saturday, April 17, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment